Udah lama rasanya tidak menulis tulisan yang bermutu.
Ya, tadi siang saya baru saja mengikuti Roadshow Climate Change yang diadakan oleh Ganesha Green Fest 2010 by HMTL ITB di Auditorium Campus Center ITB. Dari judulnya saja sudah ketahuan isi materi roadshow ini, yaitu membahas mengenai issue yang belakangan sangat terkenal "PERUBAHAN IKLIM".
Issue ini tidak hanya dikenal di Indonesia, namun di seluruh dunia. Sudah jadi pembahasan berulang-ulang. Dimana mana orang sibuk membahas perubahan iklim, pemanasan global, efek rumah kaca, bahkan sampai dengan pembahasan sisa umur bumi. Tapi apa cukup hanya dengan membahas? Tentu saja tidak.
Sehabis mengikuti roadshow tadi siang saya lagi-lagi tersadar betapa tidak sepelenya masalah ini. Saya akan sedikit mengulas apa yang telah saya dapat tadi siang, namun dengan bahasa saya yang ringan agar mudah dimengerti, dipahami dan dimaknai. Hehe
Secara umum penyebab terjadinya efek rumah kaca yaitu semakin tebalnya tumpukan gas karbondioksida (CO2) dan gas-gas berbahaya lainnya di lapisan atmosfer. Lapisan atmosfer berguna untuk menyaring sinar matahari yang masuk ke bumi agar tidak terjadi kontak langsung dengan penghuni bumi. Kemudian gas tersebut akan dipantulkan kembali. Lalu CO2 dan gas-gas lainnya akan menahan sebagian sinar ultra violet (UV), hal inilah yang menyebabkan permukaan bumi kita menjadi hangat. Namun semakin majunya jaman, gas CO2 dan gas lainnya semakin tebal sehingga sinar UV yang tertahan juga semakin banyak, hal ini membuat bumi semakin panas. Oleh sebab itu lah peristiwa ini dikatakan efek rumah kaca.
Gas-gas CO2 dan gas lainnya yang semakin menumpuk itu disebabkan oleh aktivitas manusia seperti asap yang dikeluarkan kendaraan bermotor, asap yang dihasilkan kebakaran hutan, pabrik industri, alat-alat elektronik dan rumah tangga seperti kulkas, kompor gas. Sedangkan sarana netralisasinya semakin berkurang, seperti hutan dan tumbuh-tumbuhan.
Kita masih menghasilkan 5.5 GigaTon gas CO2 setiap tahunnya. Namun hanya dapat terserap 3 GigaTon nya setiap tahun karena bantuan dari hutan dan lautan. Lalu 2.5 GigaTon setiap tahun dikemanakan? Tentu saja ditumpuk di lapisan atmosfer!
Sampai saat ini masih banyak pro dan kontra mengenai climate change. Banyak yang mendukung bahkan melakukan aksi penanggulangan namun tak sedikit juga yang masih berpendapat "climate change masih sekedar wacana dan masih terlalu dini untuk dikatakan ada".
Tidakkah mereka lihat, bumi semakin panas, musim-musim bergeser. Musim kemarau menjadi semakin panjang, sedangkan musim hujan menjadi singkat namun intensitasnya tinggi sekali.
Banyak hal-hal kecil bahkan besar yang bisa kita lakukan untuk menguranginya, seperti Bike To Work, Bring Your Own Shopping Bag, No Styrofoam In Here, 3R (Reduce Reuse Recycle), Pemilahan Sampah, Menghemat Pemakaian Listrik 5 Jam Setiap Hari dan masih banyak hal lainnya yang kini ramai digalakkan orang-orang.
Produksi plastik menghasilkan gas-gas penyebab efek rumah kaca. Styrofoam tidak bisa didaur ulang, akan terdegradasi berpuluh-puluh tahun di bumi, jika dibakar pun akan menghasilkan gas berbahaya. Tumpukan sampah yang tidak dipisahkan akan menghasilkan gas Metana yang efeknya sama dengan 21 kali efek yang disebabkan CO2. Mematikan listrik hanya 5 jam per hari sepertinya bukanlah hal yang susah. Membawa shopping bag sendiri setiap harinya juga hanyalah hal ringan. Bersepeda minimal sekali dalam seminggu pun terasa tak ada ruginya. Kenapa kita tidak mau melakukan hal-hal kecil dan sepele seperti itu? Toh nantinya yang menikmati hasilnya juga kita sendiri.
Jadi sekarang, semuanya tergantung kepada anda!
No comments:
Post a Comment